Senin, 01 Juni 2009

MENDENGAR dan BUKAN HANYA DIDENGAR

”Mendengar” adalah perkara yang sangat gampang bagi orang normal, segampang memejamkan mata dan membukanya kembali. Hanya butuh telinga dan bunyi, maka apa yang disebut mendengar sudah dilakukan.

Mengapa perlu membahas tentang ”mendengar” ?

Kemampuan ”mendengar” adalah modal dasar bagi terjalinya relasi yang baik dengan siapapun kita berkomunikasi dan berelasi. Bila komunikasi, (yang termasuk didalamnya adalah mendengar) bisa terjadi dengan efektif maka dalam relasi tersebut akan terasa kenyamanan dalam hubungan-hubungan tersebut, baik di dalam keluarga, tempat kerja maupun pergaulan dimanapun kita berada.

Mari kita simak paparan selanjutnya!

Mendengar secara biologis adalah proses bergetarnya gendang telinga dan mengantarkan stimulus ke otak. Dalam satu detik terpapar ribuan stimulus dan informasi yang masuk melalui indera pendengaran. Dalam detik itu juga, kita bisa menentukan informasi mana yang kita pilih untuk didengarkan. Itulah penyaringan tidak sadar yang dilakukan diri kita atas perintah otak. Tak terbayangkan bahwa semua informasi itu masuk dan diproses di otak secara optimal. Jika itu yang terjadi, dalam hitungan menit otak kita akan kelebihan beban pemrosesan. Sehingga kita melupakan apa yang dikomunikasikan oleh lawan bicara kita.

Oleh proses penyaringan itu, hal-hal yang tidak perlu kita dengarkan kita abaikan begitu saja. Kita memilih dari sekian banyak informasi itu mana yang INGIN kita dengar mana yang tidak. Proses penyaringan juga bersifat sadar, dengan mengikutsertakan keinginan kita untuk mendengar apa yang ingin didengarkan. Apa yang menurut kita penting untuk didengar maka itulah yang didengar dan diproses, sementara yang lain diabaikan. Seandainya pun diproses maka pemrosesan itu hanyalah pemrosesan pada tingkat terendah di otak.

Apakah selesai sampai disitu ? Apa yang terjadi? Hal yang sulit dari mendengar adalah, ketika proses selanjutnya hanya berhenti pada mendengar belaka. Orang bisa saja mengerti apa yang didengar walaupun belum tentu dapat memahaminya. Paham, memang membutuhkan kerja yang lebih lagi dari seorang manusia. Selain melibatkan otak, juga melibatkan aspek kepribadian. Seseorang ketika telah melewati proses pemahaman, belum tentu juga mampu beresponse yang mengandung sikap empati terhadap apa yang telah dipahaminya (dari mendengar). Proses mendengar dan didengar hakekatnya merupakan proses komunikasi yang memerlukan keikutsertaan faktor rasional dan faktor rasa. Pada faktor rasa maka empati merupakan syarat terjadinya komunikasi yang bermakna.

Empati membutuhkan kepekaan dan kecerdasan emosi untuk berada di pihak lain tanpa tercebur ke dalamnya. Dan yang berempati belum tentu juga mampu untuk melakukan aksi dan tindakan. Aksi dan tindakan membutuhkan kemampuan yang lain yang lebih dari sekedar empati.

Tetapi YANG PALING SULIT dari proses mendengar adalah : “mendengar dan bukan hanya didengar”. Setiap orang normal pasti bisa mendengar. Tapi mendengar menjadi sulit ketika seseorang hanya mau didengar dan tidak mau mendengar. Didengar oleh orang lain memang enak dan bagi sebagian orang penting. Mendengarkan suara orang lain menjadi masalah yang sulit ketika kita tidak membuka ruang dalam diri kita untuk memberikan orang lain menyampaikan apa yang dipikirkannya.

Masalah “mendengar dan didengar” bukanlah soal telinga saja. Dia ada disini, di ”diri ini” : Apakah “ruang” itu telah terbuka untuk mendengar daripada hanya didengar ? Sulit memang.
Mendengar selain memerlukan telinga, dia butuh otak, butuh hati, butuh emosi, butuh empati, butuh aksi, dan juga butuh “ruang lain” dalam diri. Sesuatu yang kelihatannya sederhana bisa saja berujung kerumitan dan kesulitan.

Mari Mendengar !!!

Kita cenderung melesat begitu saja seperti superman dan mengatasi semua masalah orang bahkan sebelum kita memahami apa masalahnya. Juga apa yang telah kita lakukan selama ini sering memainkan peran sebagai seorang hakim ataupun juri dengan melakukan penilaian-penilaian pada diri orang lain. Padahal kebutuhan paling dalam dari hati manusia adalah dipahami.

Memahami adalah melihat dunia orang lain seperti mereka melihatnya atau seperti yang telah dikondisikan terhadap mereka. Begitu mereka merasa dipahami, mereka akan menceritakan lebih dari yang mungkin ingin kita dengar. Belajar berusaha memahami dahulu baru kemudian dipahami akan membuka pintu air menuju kehidupan berhubungan dengan orang lain dari hati ke hati. Menemukan sebuah rahasia yang sangat sederhana “hanya dengan hati seseorang dapat melihat dengan benar, apa yang esensial tidak dapat dilihat hanya oleh mata saja”. Seseorang tak mungkin mengungkapkan isi hatinya, kecuali merasakan kasih serta pengertian yang tulus. Semua orang ingin dihormati dan dihargai apa adanya…. Sebagai individu yang unik

Bila kita bisa melakukan hal seperti ini akan mendidik kita menjadi orang yang lebih rendah hati, bisa menghormati/menghargai orang lain. Memahami adalah bagian dari Mendengar Empatik masuk dalam pikiran dan hati orang lain, yaitu mencoba melihat dunia melalui mata orang lain. Kita mencari makna dibalik kata-kata yang sedang diungkapkan oleh orang lain

Apa yang peru dilakukan!!

Mulai dari diri sendiri. Hal ini sering terlupakan, yang sering dilakukan adalah, mendapatkan apa yang kita inginkan. Sebelum kita bisa menyelami perasaan orang lain, terlebih dulu kita harus mengenyampingkan perasaan kita sendiri..
Dengan berbicara kita hanya dapat mengeluarkan 150 hingga 250 kata-kata permenit, sementara jika kita mendengar dengan hati, pikiran kita akan bekerja tiga kali lipat. Mencoba mengerti melalui apa yang dikatakan orang lain. Kita boleh tidak setuju, tetapi sebelum tidak setuju, coba cari tau apa sebenarnya yang dimaksudkan.. Mendengar itu pada dasarnya memberi (giving), buah yang kita tanam pada orang lain. Satu saat kita akan menerima buah yang kita tanam tersebut.

Kesediaan untuk mendengar potensial menyelamatkan jiwa. Mungkin memang kita tak pernah benar- benar mengerti tentang apa yang ia rasakan. Tentang apa yang ia inginkan. Tetapi seringkali mendengarkan dan berada disisinya sudah cukup. Membuat orang urung untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Pertanyaannya dasarnya adalah bersediakah kita??? Untuk mendengarkan orang lain ketika sedang bicara, apalagi keadaan orangtersebut sedang tidak nyaman. Bersediakan kita untuk mendengarkan orang lain dengan niat yang tulus, peduli serta menggunakan mata, telinga dan hati ?

Semoga Manfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar